Sabtu, 10 April 2010

Sedikit Renungan dan Solusi

Gw mau share cerita dan pengalaman mengenai mengurus SIM, KTP dan paspor baik dari pengalaman sendiri maupun cerita org laen.

Gw pernah ngurus perpanjangan SIM sendiri ke kantor polisi di Jl. Jawa, Bandung. Dan ternyata sangat mudah dan lbh murah dibanding mengurus ke biro jasa. Sehari langsung jadi, tidak dipersulit sama sekali. Apalagi skrg sudah ada mobil polisi keliling utk ngurus SIM tersebut, dan itu lebih cepat lagi. Ketika saya dipanggil untuk foto, ada org yg baru datang tp langsung dipanggil. Gw tidak melihat batang hidungnya dari tadi. Ternyata org itu perpanjang SIM lewat biro jasa. Memang lbh cepat, tapi bayarnya juga lbh mahal.

Sekarang tentang paspor. Kakak gw pernah memperpanjang paspor di kantor imigrasi Jakarta Selatan. Kalo kasus paspor, perpanjang itu sama aja dgn membuat baru. Prosesnya memang lbh lama dan perlu beberapa kali datang, kalo ga salah 3 kali datang. Kakak gw datang ke kantor itu pas kedatangan ke 2 utk mengurus administrasi, dan mengambil nomor antrian. Nomor yang didapat itu nomor yang cukup besar, sedangkan orang yg sdg mengantri jg dan datang duluan, jumlahnya tidak banyak. Hal itu cukup membingungkan.

Tiba2 datanglah seseorang yang datang ke petugasnya dan mendapat nomor awal. Kakak gw lgsg bertanya dgn suara yg sengaja dikeraskan, "Org ini kok datang belakangan tp dapet nomor lebih awal?" Org2 yg sudah ngantri duluan dengar dan lgsg protes ke petugasnya. Petugasnya pun menukar nomor karena ngerasa ga enak. Dan ternyata org td adalah biro jasa, dia malah marah ke petugas kantor imigrasi karena dia udah bayar ke org itu utk minta diduluin. Akhirnya org itu ngalah karena org2 yg ngantri duluan sudah marah2. Dan datanglah seseorang yang ternyata org yg minta biro jasa tersebut utk ngurus paspor. Org itu marah2 ke biro jasa karena paspornya belum beres. Dan org itu kena marah 1 ruangan, dan pada bilang, "Makanya, lain kali ngurus sendiri!"

Ada cerita lain tentang ngurus KTP. Kali ini tmn kuliah gw. Dia ngurus sendiri perpanjangan KTP ke kantor kelurahan. Pada saat pembayaran, si petugas minta Rp.10.000, dan tmn gw ini ngasi sesuai tarif yg seharusnya yaitu Rp.5000. Akhirnya si petugas tetep ngasi KTP baru dan ternyata ada kesalahan pengetikan. Tmn gw ini protes dan malah dibilang, "Koreksi sendiri aja pake bolpen." Tmn gw ttp diem di ruangan itu dan nunggu sampe org2 yg ngantri mulai kesel karena ga beres2. Akhirnya tmn gw blg kalo KTPnya msh salah dan ga dibener2in. Org2 yg ngantri marah dan akhirnya si petugas itu ngeprint lagi KTP yg udah bener.


Selama ini banyak orang yang mengurus dokumen2 tersebut ke orang lain, entah biro jasa ataupun pribadi. Dari kasus2 di atas jelas bahwa ngurus ke org lain itu membuat kita keluar uang lbh banyak dan akhirnya masuk ke kantong2 pribadi si petugas. Dan itu akhirnya menjadi kebiasaan buruk. Opini masyarakat pun jadi buruk karena petugas2 itu adalah org yg sering menerima pendapatan di luar semestinya atau "sabetan". Tapi masyarakat sendirilah yg ikut andil adanya kebiasaan dan opini buruk tersebut. Sangat aneh bila masyarakat beropini buruk padahal mereka sendiri ikut ambil bagian dalam perbuatan buruk ini. Jika memang ikut andil, lbh baik jangan komentar atau berpikir buruk. Itu namanya maling teriak maling.

Saran gw adalah berusahalah untuk mengurus dokumen2 tersebut sendiri. Dengan melakukan itu, kita ikut memperbaiki hal-hal yang buruk dan tidak merugikan org yg tidak salah. Ingat, perbuatan itu dimulai dari diri kita sendiri. Jangan mengharap orang lain melakukan perbuatan baik sebelum kita melakukannya terlebih dahulu.