Sabtu, 19 Februari 2011

Pengalaman Mengajar

Pertama kali mengajar adalah sewaktu masih jadi mahasiswa, tapi itu kurang begitu berkesan dan menantang karena yang saya ajar adalah mahasiswa yang sudah memiliki pendidikan cukup tinggi dan cenderung menurut karena faktor senioritas.

Pengalaman mengajar yang sangat berkesan adalah ketika oada pertengahan tahun 2007 hingga 2008 awal. Sewaktu itu kuliah saya sudah tidak banyak dan sedang mengerjakan tugas akhir, saya mencari waktu luang dengan kegiatan lain. Saya tertarik dengan pengalaman seorang senior yang mengajar di suatu sekolah untuk anak-anak kurang mampu. Saya mencari infonya dan mulailah saya mengajar di sekolah seperti itu. Tentu saja sukarela dan tidak digaji.

Awalnya saya cukup kerepotan dengan keadaan dan tingkah laku anak-anaknya yang susah diatur, maklum namanya saja anak jalanan, pikiran dan niatnya untuk belajar belum tertanam bahkan mungkin berpikir bahwa pendidikan itu tidak begitu penting, tapi untuk beradaptasi hanya masalah waktu saja. Yang perlu dilakukan hanyalah mencoba menyelami jalan pikiran, kultur, kebiasaan mereka dan mencari cara bagaimana menyesuaikannya sehingga apa yang saya sampaikan benar-benar bisa mereka tangkap. Maka saya mencoba untuk memperhatikan mereka, melihat tingkah laku mereka sehari-hari, bagaimana cara mereka menghadapi suatu hal dan sebagainya. Itu membutuhkan waktu, tapi menarik dan saya sendiri mendapat banyak pelajaran.

Yang saya inginkan bukan hanya mereka mengetahui pelajaran, lebih dari itu, saya ingin di otak mereka tertanam bahwa pendidikan itu penting. Pendidikan itu mengubah hidup. Anda bisa mencapai impian, mengubah keadaanmu yang seperti sekarang ini, mengangkat keluarga dengan pendidikan. Maka sambil memberikan materi pelajaran, saya selalu memberikan hal penting ini supaya benar-benar tertanam di otak mereka. Memang sulit, mengingat hidup mereka selama ini sebagai anak kurang mampu yang tidak mengenal pendidikan, tapi harus terus dicoba dan jangan pernah menyerah.

Untuk mengajar di sini tentu saja membutuhkan effort dan kesabaran ekstra. Anak-anaknya susah untuk fokus dan berkonsentrasi. Saya memaklumi itu. Saya harus melakukan berbagai macam metode untuk bisa mengajar mereka. Hal-hal yang saya lakukan dan akhirnya cukup berhasil adalah:
1. Cobalah untuk memberi beberapa joke untuk mencairkan suasana. Joke tersebut harus bisa dimengerti mereka. Itulah pentingnya mengetahui kehidupan dan kebiasaan mereka.
2. Buat mereka merasa dihargai karena anak-anak seperti mereka kurang mendapat perhatian dan apresiasi yang cukup selama ini. Contohnya simpel dengan menatap mereka satu-satu ketika mengajar, menyebut nama mereka, ucapan terima kasih ketika mereka mau menjawab pertanyaan saya dan pujian cukup ketika mereka berhasil tanpa membuat mereka besar kepala.
3. Gunakan analogi yang mudah dimengerti dalam penyampaian materi. Untuk melakukan hal itu lagi-lagi saya harus mengetahui kehidupan mereka sehari-hari.
4. Berusahalah kenali karakter masing-masing anak dan perlakukan mereka sesuai dengan karakternya. Ada yang harus ditantang dulu baru bersemangat, ada yang harus dipuji untuk membangkitkan, berbeda-beda dan lagi-lagi ini membutuhkan waktu.

Cara-cara itu tentu saja tidak sempurna dan masih saja ada kekurangan. Itulah yang saya pelajari dan terapkan selama kurang lebih 8 bulan mengajar. Banyak pengalaman dan itu benar-benar berharga. Yang berkesan lagi adalah ketika salah satu murid saya ada yang berhasil. Ketika dia berhasil masuk SMA 5 Bandung, dia menghubungi saya, menceritakan keberhasilannya dan mengucapkan terima kasih atas apa yang saya lakukan. Saya benar-benar bahagia mendengarnya. Akhir-akhir ini bahkan dia menghubungi saya lagi, mengatakan kepada saya bahwa dia ingin kuliah di ITB karena ingin mengikuti saya dan ingin saya membimbing dia lagi agar bisa masuk sana. Saya senang sekali. Biarpun hanya satu orang dari sekian puluh anak yang saya ajar, tapi saya tetap bahagia, tidak sia-sia apa yang pernah saya lakukan dan berguna untuk orang lain.

Begitulah sekilas pengalaman mengajar saya. Semoga bisa berguna, terutama untuk yang ingin mencoba bergerak dalam bidang pendidikan dan bergabung dalam Indonesia Mengajar :D.

Jumat, 04 Februari 2011

Kemacetan Jakarta

Ini topik yang sangat sering dibicarakan, apalagi setiap senin pagi. Banyak orang mengeluh soal ini dan bersolusi macam-macam. Sulit diatasi karena masalahnya kompleks tetapi setidaknya saya ingin mengajak semua orang untuk mengatasinya dimulai dari diri kita sendiri.

Macet terjadi karena luas jalan tidak cukup menampung volume kendaraan. Menurut sebuah buku yg pernah saya baca, kendaraan utama yang membuat macet adalah mobil. Motor memang jumlahnya banyak, tetapi ukurannya kecil dan hanya memenuhi sebagian kecil ruas jalan. Truk yang ukurannya besar jumlahnya tidak terlalu tinggi. Kemacetan umumnya terjadi pada saat jam pergi dan pulang kantor. Jadi, bisa disimpulkan bahwa mobil pribadilah yang membuat Jakarta macet.

Dengan melihat faktor luas jalan dan volume kendaraan, solusinya adalah membangun jalan baru atau mengurangi volume kendaraan. Membangun jalan tentu saja membutuhkan biaya yang banyak dan waktu konstruksi yang sangat lama. Jalan bertambah tetapi kendaraan juga makin bertambah tetap saja tidak akan cukup menampung volume kendaraan dan akan terjadi kemacetan lagi. Solusi paling memungkinkan adalah mengurangi jumlah kendaraan. Jika satu mobil hanya diisi satu orang, bukankah sangat tidak efisien?

Jumlah kendaraan yang banyak terjadi karena memang jumlah penduduk Jakarta yang sangat banyak. Banyak pendatang yang pada umumnya mencari atau mendapat pekerjaan di Jakarta, termasuk saya. Memang banyak sekali lapangan pekerjaan. Tetapi saya tidak akan membahas masalah ini karena terlalu kompleks. Sudah puluhan tahun Indonesia tersentralisasi di Jakarta. Untuk itu ada pembahasan dan solusi lain.

Banyak usaha yang dilakukan pemerintah, antara lain peraturan 3 in 1 di jalan Sudirman-Thamrin pada saat jam pergi dan pulang kantor. Daerah tersebut merupakan daerah perkantoran. Jika ribuan karyawan masing-masing menggunakan mobil pribadi, akan ada ribuan mobil juga di jalan tersebut. Dengan adanya peraturan itu, diharapkan jumlah kendaraan pada jam-jam tersebut akan berkurang sehingga tidak terjadi kemacetan. Tetapi, peraturan itu memunculkan pekerjaan baru, yaitu joki.

Cara lain adalah busway. Dengan adanya busway, diharapkan orang-orang yang naik kendaraan pribadi akan naik busway. Itulah kenapa jalur busway adalah jalur-jalur penting di Jakarta. Jika 60 orang masing-masing biasanya mengendarai 1 mobil, dengan naik 1 bus akan berkurang 60 mobil di jalan. Dengan 10 bus saja, akan berkurang 600 mobil. Tapi pada kenyataannya tidak semudah itu. Yang terjadi adalah para penumpang busway itu adalah para pengendara bis umum yang beralih kendaraan umum ke busway. Hasilnya tetap saja banyak mobil pribadi di jalan.

Hal lain yang kabarnya akan dilakukan adalah pemberlakuan pajak yang tinggi untuk pembelian mobil. Sekarang beli mobil sangat mudah dan bisa kredit, tidak aneh jika banyak yang membeli mobil. Mobil pribadi memang lebih aman dan faktor gengsi juga.

Perlu disadari bahwa kita pun adalah orang yang membuat penuh Jakarta apalagi kita mengendarai mobil pribadi sendirian. Kalau kita terjebak macet, ya itu resiko kita, orang kita sendiri yang membuat penuh jalan kok. Jika mau berbuat, cukup dengan naik kendaraan umum, itu akan mengurangi 1 mobil di jalan.

Harus saya akui bahwa belum ada kendaraan umum yang betul-betul aman dan nyaman. Saat ini busway lah yang paling baik, biarpun masih ada copet dan berdesak-desakan. Untuk masalah copet kita mulai dari kewaspadaan dan antisipasi diri kita sendiri. Jaga diri masing-masing. Jika melihat para penumpang apalagi ibu-ibu berdesakan di bis umum, saya termasuk beruntung karena rute tempat tinggal dan kantor dilewati jalur busway.

Semua dimulai dari kita sendiri, sebelum mengeluh dan menyalahkan lebih baik berkaca dan melihat diri kita terlebih dahulu.