Selasa, 06 September 2011

Tulisan dari Kawan

Udah lama banget ga buka blog. Ada tulisan temen di milis HMS 2003 dan menurut gw bisa untuk dijadikan bahan pemikiran. Pertamanya gw bingung ini tulisan mau diposting di mana trus tiba2 inget kalo punya blog. Gw beneran udah lupa kalo punya blog.

Temen kuliah gw ini emg dari mahasiswa udah keliatan kalo punya idealisme yang tinggi dan kemauan yang tinggi untuk mencapai idealismenya itu. Buat sebagian orang mungkin konyol karena jaman skrg pemikiran orang lebih banyak berbasis ke materialisme, tapi ada orang seperti ini ada untuk mengingatkan kita akan suatu hal yang kita lupakan dan yang bisa jadi bahan pemikiran kita dan nantinya untuk langkah yang kita ambil ke depannya. Ini tulisan dia:



sedikit berbagi cara pandang terhadap dunia

DUNIA,
Pada akhirnya kita perlukan sebuah batasan. Sah saja kita peduli kepada afganistan or afrika or other states, tapi kampung halaman rasanya lebih membutuhkan kita. Di jaman yang serba interkoneksi dan tanpa sekat ini, geografis menjadi sebuah gravitasi. Terkesan old-fashion dimana Hidup dan segala dinamika sosial ekonominya didasarkan atas Place-Based. Tapi ini perlu, dimana bumi dipijak disitu langit dijinjing. Saya ada untuk Bumi Tapanuli.

Pemikiran ini yang menjadi sebab terjunnya saya ke wilayah Tapanuli-Based. Sebuah wilayah yang dihuni mayoritas suku bangsa Batak dengan segala budaya dan kearifan leluhurnya. Agama asli suku Batak bukanlah kristen, penjajahan agama import ini bermula dari 150 tahun yang lalu. Sampai sekarang nenek dan kakek saya masih menganut agama kuno, ancient religion. Saya yang telah mengecap pemikiran modern dan kehidupan kampus yang hebat, kini berhadapan dengan roda tradisional dengan orang-orang yang terkesan ketinggalan jaman dalam berbagai hal.

Tapanuli mesti berhadapan dengan paradigma masyarakatnya yang melihat Perantauan sebagai sumber kemakmuran. Semua keluarga disini rata-rata memberangkatkan 2 sampai 3 orang anggota keluarganya pergi MERANTAU. Dasarnya adalah, Bahwasannya disini tidak ada kehidupan, kering, berbatu, berdebu dan gersang. Itulah tipikal alam semesta Toba dalam pikiran orang batak. Sehingga kehidupan dicari di luar sana. Bukan di dalam. Generasi dengan potensi terbaik satu persatu meninggalkan daerah ini. Yang pintar, yang cerdas, yang kreatif, yang gaul, yang toleran, yang dinamis, semuanya beterbangan. Tinggallah orang-orang yang lambat beradaptasi dengan perubahan. Tinggallah orang-orang yang senja, menunggu akhirat menjemput.

Tapi, menilik lebih dekat kita tentu tercengang dengan betapa melimpahnya sumber energi di daerah kaldera terbesar di dunia ini. Geothermal, Air terjun, PLTM memanfaatkan ratusan sungai menuju danau toba, Tambang, dll.. Belum lagi keindahan alamnya yang spektakuler. Karena apabila kita majukan catatan statistik, di sekitar wilayah danau toba ada 1,2 juta jiwa bermukim. Come on... ini adalah massa yang sangat besar. Dan orang-orang terdidik melupakan tempat ini. Seandainya saja kita dapat berkolaborasi untuk menciptakan peradaban yang lebih baik disini.

1. Sumber energi, tentu saja perlu dana yang besar untuk pengolahan ini.
2. Developer Program, konsep pengembangan kawasan pemukiman dengan view alam yang spektakuler. Kita bs sediakan lahan untuk ini, real estate dengan kawasan golf lake view, kiranya bisa kita tawarkan di masa mendatang. Orang-orang kaya akan ngantri untuk memiliki pertapahan di tepian danau toba. we provide their needs..
3.Agrobisnis, saat ini pengolahan lahan-lahan kosong terbuka lebar. Kita bisa menghasilkan komoditas eksport, mengingat trend sekarang adalah segalanya berbau ORGANIK. Kopi organik dipesan perusahaan Perancis dan Jepang. Mereka sudah datang kesini dan bertemu dengan saya. Dan berbagai macam produk pangan lainnya dengan label Pertanian Organik.
4.Bisnis Pariwisata, saat ini belum ada agensi tourisme dengan world-class service dengan spesialisasi Tapanuli dan Danau Toba. Ini adalah peluang yang sangat besar.
5.ETC...

Mengingat bisnis, tak semata yang kita butuhkan adalah Financial Capital. Terbukti, banyaknya perusahaan memulai bisnis dengan modal besar-besaran tapi tidak menghasilkan profit yang signifikan. Saat ini glocal market sedang bergeser menuju Human Capital. Artinya skill yang menjadi prioritas. Money chasing Ideas+Skill+Performance. Itu saja modal kita dalam menciptakan dunia baru itu.

Inilah sekilas DUNIA dalam pikiran sahabat kalian ini. Tentu saja akan semakin kompleks bila disempurnakan oleh pandangan Dunia dari kawan-kawan yang lain juga. Harapan saya, kita saling asah asih asuh dalam menciptakan sejarah oleh generasi kita sendiri. Kita terlahir bukan sebagai follower, kita adalah Leader, dan kita adalah insan-insan pencipta sejarah baru!

Ada 3 jenis manusia:
1. THE FEW, who make things happen!
2. THE MANY, who works for what is happening!
3. THE MAJORITY, who don't even know what is happening!

kawan-kawan, mohon saran, dukungan dan masukan terkait langkah saya di Tapanuli ini. Saya tahu saya tidak pernah sendirian menjalani tugas dan tanggung jawab mengisi kehidupan ini. Setelah mengalami kecelakaan tempo hari, saya semakin terpacu untuk bekerja lebih cerdas dan lebih keras lagi. Kelak, ketika kita semua menghadap Yang Kuasa, kita punya legacy di peradaban abad 21 ini... berapa sih umur manusia? artinya selama hidup, kita selalu punya kesempatan untuk berbuat yang terbaik. Salam Sahabat.

Far away from the deep mountain of Tapanuli
Life is Short, Play More...